Bioindustri Omnipresen

Blog

Mengenal Proses Kiln Drying Kayu sebagai Persiapan Bahan Baku Furniture Berkualitas

Pernahkah Anda melihat furnitur kayu yang melengkung atau retak setelah beberapa waktu? Hal ini sering terjadi karena kesalahan dalam proses kiln drying kayu sebagai persiapan bahan baku furniture. 

Satu kesalahan saja dapat membuat kadar air dalamnya mengakibatkan kayu tidak stabil dan mudah mengalami kerusakan. Proses yang bertujuan untuk mengurangi kelembaban berlebih dalam kayu ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahannya, agar furnitur kokoh dan awet. 

Lantas, seperti apa proses kiln drying kayu? Apa saja faktor yang harus diperhatikan pada saat prosesnya berlangsung agar tidak gagal? Kami akan membahasnya secara lengkap dalam artikel ini.  

Apa itu proses kiln drying kayu sebagai persiapan bahan baku furniture?

Umumnya, setiap kayu yang baru saja ditebang dan hendak diproses untuk pembuatan furniture harus melewati proses pengeringan. Kiln dry adalah salah satu jenis teknik pengeringan yang modern ini kerap dipilih karena menghemat waktu. 

Melansir laman Popular Wood Working, kiln dry adalah teknik mengeringkan kayu dalam oven kiln. Kayu akan diletakkan di dalam oven yang memiliki temperatur tinggi sekitar 120 hingga 180 Fahrenheit. 

Pemanasan secara kiln akan memaksa kelembaban keluar dari dalam substrat kayu secara cepat. Dengan begitu, tingkat kelembaban kayu yang diinginkan bisa diatur lebih baik dibandingkan proses pengeringan kayu secara alami. 

Ketika kayu memiliki tingkat kelembaban standar, maka siap untuk diolah menjadi berbagai jenis furniture. Tingkat kelembaban inilah yang akan meningkatkan kualitas furniture ketika digunakan. 

Manfaat kiln drying dalam meningkatkan kualitas material furnitur 

Bukan tanpa alasan mengapa kiln drying menjadi teknik yang tepat dalam mengeringkan kayu. Selain cepat dan mampu menciptakan tingkat kelembaban yang diinginkan, manfaatnya sangat besar untuk material furnitur. 

Berikut ini apa saja manfaat yang diperoleh:

1. Mencegah deformasi furnitur 

Kayu yang dikeringkan dengan kiln akan lebih stabil dan tidak mudah melengkung, retak bahkan menyusut setelah diproses menjadi furnitur. Inilah yang akan menjaga bentuk dan kualitas furnitur dalam jangka panjang. 

2. Meminimalkan serangan hama dan jamur 

Proses kiln dry akan bekerja membunuh spora jamur, serangga hingga larva yang sebelumnya telah tinggal dan tumbuh dalam kayu. Oleh karena itu, furnitur yang dibuat dari kayu yang pengeringannya secara kiln lebih tahan jamur dan juga rayap. 

3. Meningkatkan Kekuatan dan daya tahan furnitur 

Kayu yang dikeringkan secara kiln dengan baik akan menjadi lebih kuat dan kokoh, sehingga lebih tahan terhadap tekanan dan beban. Jika Anda ingin memproduksi furnitur yang memiliki daya tahan tinggi, maka teknik kiln dry adalah pilihan tepat. 

Baca Juga: Kilang Oven vs Pengeringan Alami, Mana yang Lebih Efisien untuk Musim Hujan?

4. Meningkatkan daya rekat bahan finishing 

Kayu yang kadar airnya rendah akan lebih mudah untuk menerima bahan finishing seperti cat, pernis hingga plitur dalam finishing. Manfaat inilah yang membuat hasil finishing menjadi lebih halus, warna merata dan daya rekatnya lebih baik. 

5. Meningkatkan efisiensi produksi 

Kiln dry akan mempercepat proses pengeringan dibandingkan cara alami yang menghabiskan waktu hingga berbulan-bulan. Tidak hanya itu, kayu yang kering akan mempercepat proses produksi karena mudah dipotong atau dibengkokan sesuai kebutuhan. 

Langkah-langkah dalam proses kiln drying kayu 

Meskipun proses pengeringan kayu dengan cara kiln memberikan banyak manfaat, tapi hasilnya akan optimal jika prosesnya tepat. Tahapan yang efektif dan terkontrol akan menciptakan kayu kering dengan tingkat kelembaban yang sempurna. 

Berikut ini langkah-langkah kiln drying kayu yang perlu dicermati:

1. Pemilihan dan persiapan kayu 

Kayu yang akan dikeringkan terlebih dahulu dipilih berdasarkan jenis, ketebalan, dan juga kadar airnya. Kemudian, kayu akan dipotong sesuai dengan ukuran bahkan bisa juga dihaluskan permukaannya untuk memastikan pengeringannya merata.

Sebelum dikeringkan, kayu akan dicek kembali apakah terdapat cacat atau kadar airnya yang terlalu tinggi. Karena akan mempengaruhi waktu kiln dry dan juga hasil akhirnya. 

2. Penyusunan kayu dalam kiln 

Kayu yang sudah dipotong dan dihaluskan akan disusun dalam kiln secara khusus, agar tetap terdapat sirkulasi dara yang baik. Biasanya, menambahkan bilah kayu tipis di antara lapisan kayu untuk menciptakan jarak dan udara panas dapat mengalir merata.

3. Pengaturan suhu dan kelembaban 

Selesai menyusun kayu, kiln akan dipanaskan secara bertahap untuk mengurangi kadar air dalam kayu. Suhu dan kelembaban di dalamnya akan diatur sesuai dengan jenis kayu dan kadar air yang diinginkan. 

Biasanya, suhu awal ada di kisaran 40-60 derajat Celcius dan meningkat secara bertahap agar kayu tidak melengkung dan retak. 

4. Proses pengeringan bertahap 

Udara panas akan dialirkan ke dalam kiln menggunakan kipas agar panasnya merata. Kadar air dalam kayu akan diuapkan secara perlahan hingga mencapai target, yaitu 8-12% untuk furnitur. Tahapan ini bisa membalikan waktu hingga beberapa hari hingga minggu sesuai dengan jenis kayu dan ketebalannya. 

5. Pendinginan dan conditioning 

Setelah pengeringan selesai, kayu akan masuk tahapan pendinginan secara bertahap agar tidak mengalami perubahan bentuk secara mendadak. Setelah itu, proses conditioning dilakukan dengan menambahkan uap air agar kayu menjadi tetap elastis dan tidak rapuh. 

6. Pemeriksaan akhir 

Pada tahapan terakhir, kayu akan diperiksa kembali untuk memastikan kadar airnya sudah sesuai standar. Barulah kayu siap diproses menjadi furnitur atau disimpan dalam tempat yang memiliki ventilasi baik sehingga kualitasnya terjaga sebelum digunakan. 

Faktor yang mempengaruhi kiln drying berjalan baik 

Efektivitas kiln drying dipengaruhi oleh beberapa faktor yang harus diperhatikan agar hasil pengeringannya optimal dan bebas dari cacat. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhinya:

1. Jenis kayu 

Setiap jenis kayu memiliki karakteristik berbeda dalam menyerap dan melepaskan air. Biasanya, kayu keras seperti jati membutuhkan waktu pengeringan lebih lama dibandingkan kayu lunak seperti pinus. 

2. Kadar air awal kayu 

Kayu yang kadar air awalnya tinggi akan membutuhkan waktu pengeringan lebih lama. Biasanya, kayu segar memiliki kadar air sekitar 40-100% sedangkan hasil dari kiln dry menjadi 8-12%, sehingga membutuhkan pengeringan secara bertahap agar kayu tidak retak dan melengkung. 

3. Suhu dalam kiln 

Penyesuaian suhu panas saat melakukan kiln harus diatur agar tidak terjadi kerusakan. Suhu yang terlalu tinggi adalah salah satu penyebab kayu  retak parah, pecah hingga warnanya yang berubah. Oleh karena itu suhu dimulai dari 40-60 derajat Celcius dan meningkat bertahap. 

4. Kelembaban dan sirkulasi udara 

Pengendalian kelembaban dalam kiln dry sangat penting untuk memastikan kayu tidak mengering secara cepat atau lambat. Ventilasi dan sirkulasi udara yang baik akan membantu penguapan air dari kayu secara merata.

Proses kiln drying kayu sebagai persiapan bahan baku furniture memegang peranan yang sangat penting untuk memastikan kualitasnya tahan lama. Jika ingin menciptakan furnitur berkualitas Anda tidak boleh melewatkan tahapan ini. 

Selain kiln dry, cara menjaga furnitur awet juga dari bahan finishing yang digunakan. Untuk itulah, Bioindustries menghadirkan bahan finishing mulai dari cat, plitur hingga pernis water based yang bisa Anda pakai untuk melindungi furnitur. 

Tidak hanya berfungsi sebagai pelindung, kami menghadirkan produk yang siap untuk memperindah tampilan furnitur sekaligus menjaga lingkungan. Karena semua produk Bioindustries menggunakan pelarut air. 

Rencanakan dengan baik produksi furnitur Anda dengan menggunakan produk finishing dari Bioindustries. Klik banner di bawah ini untuk mendapatan produk finishing yang sesuai dengan kebutuhan Anda. 

tanya cs bio
Tanya Bio!