Indonesia memiliki sejarah panjang dalam produksi furnitur, terutama lemari antik berbahan kayu jati. Kayu jati, yang dikenal karena kekuatannya dan seratnya yang indah, menjadi bahan utama furnitur selama berabad-abad, terutama pada era 1950-1990-an. Dalam periode ini, desain lemari antik mencerminkan perubahan sosial, selera estetika, hingga pengaruh teknologi.
Artikel ini akan membahas gaya lemari antik yang populer di era tersebut, pilihan finishing yang digunakan, dan bagaimana memadukan keduanya dalam restorasi modern.
Pasokan kayu jati
Jauh sebelum tahun 50an, hampir seluruh hutan di Jawa adalah hutan jati. Keberadaan kayu berkualitas ini menjadikannya pilihan utama untuk furnitur. Tidak hanya kuat dan tahan lama, kayu jati juga tahan terhadap serangan rayap, menjadikannya material ideal untuk lemari yang berfungsi sebagai penyimpanan jangka panjang.
Di tangan pengrajin Indonesia, kayu jati diolah menjadi berbagai desain lemari yang mencerminkan pengaruh budaya lokal, kolonial, hingga modernisme global. Setiap periode menawarkan gaya unik yang menjadi ciri khas masanya.
Style lemari antik dari kayu jati
Lemari memiliki peran penting sebagai penyimpanan, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun keperluan industri. Produk ini hadir dalam berbagai pilihan bahan dan desain, mulai dari gaya tradisional hingga modern. Selain itu, ukurannya sangat bervariasi, memungkinkan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Furnitur Kolonial 1950-an
Disebut sebgaai furnitur kolonial ini karena pada tahun-tahun tersebut Indonesia masih dalam masa transisi paska kemerdekaan. Masih banyak peninggalan Belanda yang tertinggal dan digunakan di rumah-rumah gedong bergaya indis.
Lemari antik dari era ini cenderung memiliki ukiran halus dengan motif flora dan geometris yang menjadi ciri percampuran budaya Inggris, Belanda, Prancis, Cina, dan Indonesia. Selain itu, bentuk yang paling sering dijumpai adalah lemari dengan dua atau tiga pintu yang besar dan kokoh dilengkapi dengan kaki cabriole melengkung yang memberikan kesan anggun.
Furnitur dari era ini sering ditemukan di rumah keluarga terpandang atau sebagai bagian dari warisan budaya. Bentuknya yang masif memberikan kesan mewah, sementara ukiran halus menambah nilai artistik.
Natural Polished Look
Pada era ini, finishing lebih menonjolkan keindahan alami serat kayu jati. Teknik yang digunakan meliputi:
- Shellac: Lapisan tipis yang memberikan kilau alami tanpa menutupi tekstur kayu.
- Plitur Tradisional: Menggunakan bahan alami seperti Beeswax untuk tampilan matte keemasan.
Hasilnya adalah lemari dengan warna cokelat natural hingga cokelat tua yang memancarkan kehangatan klasik.
Lemari antik mid century
Memasuki era 1960-an hingga 1970-an, desain furnitur mulai beralih ke gaya yang lebih minimalis. Hal ini sejalan dengan tren global mid-century modern yang mengutamakan:
- Garis-garis Sederhana: Tanpa banyak ornamen, hanya permainan bentuk dan proporsi.
- Kaki Runcing: Desain tapered legs yang memberikan kesan ramping dan ringan.
- Fungsi Praktis: Lemari sliding door menjadi populer untuk menghemat ruang.
Desain dari era ini mencerminkan modernisme yang berusaha mengedepankan efisiensi tanpa mengorbankan estetika. Gaya ini sangat diminati oleh keluarga muda atau masyarakat urban.
Dekade ini ditandai dengan penggunaan wood stain untuk menciptakan warna lebih gelap, seperti mahoni atau walnut. Finishing glossy sering digunakan untuk memberikan tampilan modern yang mewah sekaligus melindungi permukaan kayu dari goresan.
Warna gelap ini juga mencerminkan kesan maskulin yang selaras dengan desain minimalis.
Modern minimalis
Pada era 1980-an hingga 1990-an, furnitur mulai diproduksi secara massal dengan memanfaatkan teknologi modern. Ciri khas lemari dari masa ini meliputi:
- Desain Sederhana: Persegi panjang tanpa ornamen berlebih.
- Kombinasi Material: Selain kayu jati solid, beberapa bagian menggunakan tripleks atau MDF untuk panel pintu.
- Aksesori Praktis: Penambahan cermin di pintu lemari menjadi tren populer.
Lemari dari periode ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin mengutamakan fungsionalitas. Meskipun demikian, kayu jati tetap menjadi pilihan utama untuk menjaga kualitas dan daya tahan.
Pada era ini, teknologi finishing berkembang pesat dengan diperkenalkannya pernis berbasis minyak dan melamine. Karakteristik finishing ini masih mempertahankan tampilan glossy dan pilihan warna natural yang lebih variatif, misalnya cokelat kekuningan, cokelat muda, hingga hitam.
Finishing glossy menjadi populer karena memberikan kesan bersih dan modern yang sesuai dengan desain fungsional.
Refinishing lemari antik dengan sentuhan modern
Restorasi lemari antik tidak hanya tentang memperbaiki kerusakan, tetapi juga menghormati nilai sejarah dan estetika. Berikut beberapa tips untuk refinishing lemari antik:
1. Menghapus Finishing Lama
Gunakan chemical stripper/paint remover untuk menghilangkan cat atau pernis tanpa merusak serat kayu. Selanjutnya, lakukan sanding dengan hati-hati untuk mendapatkan permukaan halus.
Menghapus finishing lam ini bisa memaksimalkan daya rekat cat baru yang kemungkinan besar berbeda bahan pelarutnya.
2. Pilih Finishing yang Sesuai
Untuk gaya kolonial, Anda bisa menggunakan gunakan natural oil atau beeswax. Jika ingin daya tahan lebih kuat, Anda bisa menggunakan plitur natural dengan warna gelap. Sedangkan untuk lemari antik dengan style yang lebih modern, Anda bisa menggunakan wood stain dengan warna yang lebih kekuningan ditambah dengan pernis glossy.
3. Perhatikan Detail Aksesori
Bersihkan atau ganti engsel, gagang, dan kunci lemari agar tetap fungsional. Anda juga bisa tetap menggunakan logam seperti kuningan untuk mempertahankan nilai antiknya, atau cukup dibersihkan dengan cairan khusus untuk menyepuh kuningan.
Baca juga: Perbaikan struktur pada lemari antik
4. Gunakan Bahan Ramah Lingkungan
Jika pada zaman dulu bahan finishing masih menggunakan pelarut thinner, sekarang Anda bisa menggunakan cat plitur dengan campuran air (water-based) yang rendah VOC untuk keamanan, keberlanjutan, dan kemudahan saat proses pengaplikasian.
Rekomendasi warna plitur yang cocok untuk refinishing lemari antik
Seperti yang telah dijelaskan di atas tiap masa atau style lemari antik pasti memiliki pilihan warnanya sendiri. Berikut rekomendasi dari BiMin untuk memilih wood stain yang cocok untuk refinishing lemari antik.
Biovarnish Wood Stain/Liquid Stain RX 215- Gardena Teak
Bagi Anda yang ingin mempertahankan kesan klasik pada lemari antik bergaya kolonial, warna Gardena Teak adalah pilihan yang sempurna. Warna cokelat hangat ini mampu menonjolkan serat kayu jati dengan keindahan alami. Dalam cahaya yang tepat, lemari dengan warna ini tampak memancarkan keanggunan, seolah membawa kembali suasana rumah-rumah besar di era 1950-an. Nuansa klasik yang diberikan oleh Gardena Teak juga membuat lemari terlihat elegan tanpa berlebihan.
Biovarnish Wood Stain/Liquid Stain RX 210- Light Brown
Light Brown bisa menjadi alternatif yang menarik. Warna ini menciptakan tampilan yang ringan dan modern, sangat cocok untuk desain yang lebih sederhana namun tetap mengutamakan keindahan serat kayu. Bayangkan sebuah lemari ramping dengan kaki runcing khas mid-century modern yang dipoles dengan warna cokelat muda—tampilannya terasa bersih, segar, dan relevan dengan gaya interior kontemporer.
Biovarnish Wood Stain/Liquid Stain RX 203- Red Mahogany
Untuk menonjolkan sisi mewah pada lemari klasik dengan ukiran halus, warna Red Mahogany bisa menjadi pilihan. Warna ini memancarkan kehangatan dengan sentuhan merah kecokelatan yang dramatis. Lemari dengan warna ini terlihat seperti artefak yang menyimpan cerita berharga dari masa lalu. Di ruangan dengan pencahayaan lembut, Red Mahogany memberikan kesan berani namun tetap anggun, membuatnya cocok menjadi pusat perhatian dalam ruang tamu atau kamar tidur.
Biovarnish Wood Stain/ Liquid Stain RX 208- Dark Walnut
Sementara itu, jika Anda menyukai tampilan yang kokoh dan maskulin, Dark Walnut adalah jawabannya. Warna cokelat gelap ini memberikan kesan solid dan abadi, sangat sesuai untuk lemari dari era 1980-an hingga 1990-an yang sering kali mengedepankan fungsionalitas tanpa mengorbankan estetika. Dengan permukaan yang mengilap, Dark Walnut memberikan perlindungan maksimal pada kayu sembari mempertegas detail seratnya yang mendalam.
Penting!
Uji warna pada sampel kayu sebelum mengaplikasikan plitur pada seluruh permukaan lemari. Cobalah terlebih dahulu pada sampel kayu serupa untuk memastikan hasil akhir sesuai dengan keinginan Anda.
Ingin mendapatkan plitur warna di atas dengan mudah? Hubungi customer service kami di bawah ini